MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Model Pemrosesan Informasi, Metakognisi, Konstruktivisme
Dosen Pengampu : Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.
Disusun oleh :
Eleonora Omega Nawang Yvana 161134007
Natalia
Desmi Swastantri 161134015
Rosalia
Okta Rinartika 161134017
Lorensa Juarsih 161134040
Renaldi Aji Nugroho 161134235
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan mempunyai
peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui
pendidikan diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan potensi
yang ada dalam dirinya. Kemampuan peserta didik tersebut dapat ditingkatkan
melalui proses belajar di sekolah.
Proses pembelajaran
yang berkualitas ditandai oleh keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuan melalui pendekatan student centered learning dan self
regulated learning dalam pembelajaran (Tan,2004; Fauzi,2011). Dalam hal
ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam aktivitas pembelajarannya dan dan
menumbuhkan sikap kemandirian dalam belajar peserta didik.
Pada
saat ini dalam dunia pendidikan terutama pada saat proses pembelajaran banyak
orang yang mengemukakan pendapatnya dengan memunculkan inovasi baru dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang inovasi yang dikemukakan yaitu teori
konstruktivisme dan teori megakognisi. Pemilihan teori ini dikarenakan agar
siswa bisa aktif ketika proses pembelajaran terhadap persoalan-persoalan. Teori
ini dikemukakan karena pembelajaran di kelas saat ini masih menggunakan metode
ceramah, sehingga membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.
Maka
dari permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana teori-teori ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
pembelajaran model pemrosesan informasi?
2.
Bagaimana
pembelajaran metakognisi?
3.
Bagaimana
pembelajaran konstruktivisme?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui
pembelajaran model pemrosesan informasi.
2.
Mengetahui
pembelajaran metakognisi.
3.
Mengetahui
pembelajaran konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pemrosesan Informasi
Dalam
pemrosesan informasi, terdapat tiga hal yang yang terlibat, yaitu pengodean,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali.
1.
Pengodean
Pengodean adalah proses masuknya informasi kedalam memori. Misalnya, ketika siswa sedang mendengarkan musik, mendengarkan
guru, melihat film, berbicara dengan orangtua/orang sekitar, dan meraba
benda-benda disekitarnya, berarti ia mengkodekan informasi ke dalam memori. Pengodean terdiri dari beberapa proses,
yaitu pengulangan, pemrosesan yang mendalam, pembentukan gambaran, dan
organisasi. Pengulangan adalah mengulang informasi secara sadar agar informasi
tinggal dalam memori lebih lama. Pengulangan biasanya tidak menanamkan arti
apapun di dalam kepala, sehingga tidak berfungsi dengan baik untuk menyimpan
informasi dalam jangka panjang. Pengulangan bukanlah cara yang efisien untuk
melakukan pengodean informasi memori dalam jangka panjang. Perlu adanya
pemrosesan yang lebih mendalam agar individu dapat mengingat dengan baik.
Elaborasi adalah luasnya pemrosesan informasi yang terlibat dalam pengodean.
Maka, ketika elaborasi digunakan dalam pemrosesan informasi, maka memori akan
diuntungkan. Elaborasi berfungsi dengan baik dalam pengodean alasannya adalah
karena elaborasi menambah kekhususan kode memori (Ellis, 1987; Hunt &
Ellis, 2004). Untuk mengingat sepotong informasi, siswa harus mencari kode
informasi tersebut di memori jangka panjang mereka.
Allan Paivio (1971, 1986) berpendapat bahwa memori disimpan dalam 2 cara,
yaitu sebagai kode verbal dan sebagai kode gambar. Semakin detail kode gambar,
maka semakin baik memori tentang informasi tersebut. Ketika siswa membuat
gambaran tentang sesuatu, berarti siswa tersebut sedang mengelaborasikan
informasi tersebut. Pemotongan merupakan strategi pengorganisasian memori yang
bermanfaat dengan melibatkan pengelompokan informasi.
Contoh pengodean :
Ketika siswa sedang mendengarkan musik, mendengarkan guru,
melihat film, berbicara dengan orangtua/orang sekitar, dan meraba benda-benda
disekitarnya, berarti ia mengkodekan informasi ke dalam memori.
2.
Penyimpanan
Setelah siswa mengodekan informasi, maka informasi tersebut harus disimpan.
Penyimpanan memori melibatkan tiga jenis memori dengan kerangka waktu yang
berbeda, yaitu:
-
Memori sensoris (memory sensory)
Memori
sensoris menyimpan informasi dalam bentuk aslinya hanya dalam waktu sebentar. Siswa
mempunyai mempunyai memori sensoris untuk suara selama beberapa detik, dan
untuk gambar visual hanya kurang lebih seperempat detik. Contohnya adalah ketika siswa sedang dalam perjalanan menuju sekolah, ia melihat
banyak hal. Meskipun perhatiannya tertuju pada suatu hal, namun akan segera
terlupakan oleh sesuatu yang lebih menarik.
-
Memori jangka pendek (short-term memory/working memory)
Working memory adalah
ingatan dari pikiran dasar yang mudah diakses. Working memory memiliki dua
fungsi penting yaitu mempertahankan dan menarik informasi (unsworth &
Engle,2007). Informasi yang diperoleh dapat dipertahankan dalam keadaan aktif
dan dapat dihubungkan dengan informasi yang ada dalam memori jangka panjang.
Misalnya ketika siswa mengerjakan soal perkalian 45 x 7, siswa mengingat 5x7=35
dan siswa akan mencari hasil dari 45x7= 35+280=315. Para peneliti menyatakan
bahwa Working Memory terbatas waktu dan kapasitasnya karena hanya bisa
menyimpan sedikit informasi.
Miller menyatakan bahwa
WM berkapasitas tujuh plus atau minus 2 item. Item-item tersebut merupakan
makna kata, huruf, atau tuturan umum. Penelitian Sternberg (1969) tentang
pemindaian memori (memory scanning) yang menyimpulkan seseorang menarik
informasi dari memori yang aktif dengan pemindaian item-item secara berurutan.
Misalnya ketika seorang guru mendikte siswanya untuk menulis beberapa pertanyaan tentang
materi, ketika guru mendiktekan soal tersebut per-3 kata siswa akan mudah
mengingatnya namun ketika guru mendiktekannya per-5 kata mungkin beberapa siswa
akan kesulitan dalam mengingatnya sehingga mereka akan meminta gurunya untuk
mengulang kata-kata tersebut.
Proses-proses kontrol
(eksekutif) meliputi pengulangan, prediksi, pengecekan, pengawasan, dan
aktifitas kognitif. Pengulangan informasi dapat memperkuat ingatan dan
mempertahankan informasi tersebut dalam WM (Baddeley, 2001; Rundus,1971; Rundus
& Atkinson, 1970).
Model working memory Baddeley terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a) Putaran fonologis
Putaran fisiologis dikhususkan untuk menyimpan informasi berbasis pidato
tentang bunyi bahasa secara singkat.
Contoh : siswa dapat menyebutkan nama-nama hewan dalam Bahasa
Inggris serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dalam daftar nama hewan yang
sebelumnya diberikan oleh guru.
b)
Working memory visual ruang
Working memory visual ruang menyimpan informasi visual dan ruang, termasuk
imajinasi visual.
Contoh : siswa mampu
menggambar denah rumahnya.
c)
Eksekutif sentral
Eksekutif sentral menggabungkan informasi dari putaran fonologis, working
memori visual ruang, dan juga memori jangka panjang.
Contoh : siswa mampu
menjelaskan dan menunjukkan pada peta dimana letak kota bandung.
-
Memori jangka panjang (long-term memory)
Long Term Memory (LTM)
adalah proses memori yang sifatnya permanen. Artinya adalah bahwa informasi
yang disimpan dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Informasi dalam LTM
berupa struktur-struktur asosiatif yang bersifat kognitif. Memori manusia dapat
diakses berdasarkan isi (content addressable).
Informasi dapat disimpan secara bersama sehingga mengetahui informasi apa
yang sedang dicari dan informasi tersebut lebih mudah diingat oleh memori
manusia (Baddeley, 1998). Informasi dalam pikiran manusia dapat dianalogikan seperti perpustakaan yang
menunjukkan pada isi yang berbeda dan dapat diakses melalui wilayah isi manapun
yang memuat pengetahuan tersebut (Calfee,1981).
Endel
Tulving
(1972, 2000)
mengemukakan perbedaan memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori mengenai informasi tentang waktu dan tempat
terjadinya peristiwa dalam kehidupan. Contoh dari memori episodik adalah memori
para siswa tentang hari pertama di sekolah, atau tamu yang datang untuk
berbicara di kelas minggu lalu. Memori semantik adalah mencakup pengetahuan umum seorang siswa tentang
dunia. Misalnya saja siswa mengetahui bahwa Tokyo adalah ibukota dari Negara
Jepang.
Gupta & Cohen
(2002) mengungkapkan bahwa para peneliti
menemukan perbedaan memori deklaratif dan memori prosedural. Dalam memori
deklaratif orang mengingat peristiwa atau pengalaman-pengalaman baru. Memori
prosedural adalah memori untuk keterampilan-keterampilan, prosedur-prosedur,
dan bahasa sehingga seseorang perlu berlatih untuk bisa mempertahankannya,
misalnya ketika siswa bermain basket, siswa perlu terus berlatih agar cara
bermain basketnya semakin mahir.
Paivo (1971)
mengemukakan bahwa pengetahuan disimpan dalam bentuk visual dan verbal.
Objek-objek yang nyata atau konkret biasanya akan diingat dalam bentuk gambar,
misalnya ketika guru mengatakan seeokor anjing maka siswa akan membayangkan
seekor anjing. Konsep atau objek yang berbentuk abstrak akan tersimpan dalam
bentuk verbal, misalnya saat ujian siswa diminta untuk mengerjakan soal
mandiri, maka kata mandiri akan tersimpan dalam ingatan siswa ataupun guru
tersebut dalam bentuk verbal atau kata.
Karakteristik-karakteristik dan perbedaan-perbedaan
dari sistem-sistem memori:
Tipe Memori
|
Karakteristik
|
Jangka pendek (sedang
digunakan/working memory)
|
Kapasitas terbatas (sekitar tujuh
item), durasi singkat (jika tidak dilakukan pengulangan), pikiran sadar yang
dapat segera diakses.
|
Jangka panjang
|
Secara teoritis kapasitasnya tidak
terbatas, penyimpanan yang permanen, informasi teraktifkan ketika ada tanda
untuk mengaktifkan.
|
episodik
|
Informasi dalam LTM yang berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa, waktu-waktu, dan tempat-tempat tertentu.
|
Semantik
|
Informasi dalam LTM yang melibatkan
pengetahuan dan konsep-konsep umum yang tidak terikat dengan konteks-konteks
tertentu.
|
verbal
|
Proposisi-proposisi (unit-unit
informasi)
|
Visual (iconic)
|
Informasi-informasi yang dikodekan
dalam bentuk gambar-gambar, citra-citra tertentu, dan kejadian-kejadian.
|
3.
Pemanggilan Kembali
Pemanggilan kembali adalah tugas memori untuk mengembalikan informasi yang
dipelajari sebelumnya. Pemanggilan kembali dipengaruhi oleh sifat dari petunjuk
yang digunakan untuk mendorong memori (Allan & yang lainnya, 2001). Selain
itu, untuk memahami pemanggilan kembali perlu mempertimbangkan prinsip
kekhususan pengodean. Prinsipya adalah bahwa asosiasi yang terbentuk pada saat
pengodean atau pembelajaran cenderung merupakan petunjuk pemanggilan kembali
yang efektif.
B. Metakognisi
Metakognisi
merupakan istilah yang diperkenalkan Flavell tahun 1976. Flavell (Lioe et al.
, 2006) menyatakan bahwa metakognisi merupakan kesadaran seseorang tentang
proses kognitifnya dan kemandiriannya untuk mencapai tujuan tertentu. Biryukov
(2003) mengemukakan bahwa konsep metakognisi merupakan dugaan pemikiran
seseorang tentang pemikirannya yang meliputi pengetahuan metakognitif
(kesadaran seseorang tentang apa yang diketahuinya), keterampilan metakognitif
(kesadaran seseorang tentang sesuatu yang dilakukannya) dan pengalaman
metakognitif (kesadaran seseorang tentang kemampuan kognitif yang dimilikinya).
Metakognisi
berarti pengetahuan tentang belajarnya diri sendiri ( Flavell, 1985; Garner dan
Alexander, 1989 dalam Nur, 2004). Pada
hakekatnya penfertian metakognisi adalah memberikan penekanan pada kesadaran
berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Kesadaran berpikir
seseorang yang dimaksud adalah kesadaran seseorang tentang sesuatu yang
diketahui, sesuatu yang dilakukan, sesuatu yang akan dilakukan dan sesuatu
pengetahuan yang dimiliki. Karena itu, metakognisi dapat dibagi menjadi dua
komponen, yaitu: pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif.
Pengetahuan
metakognitif memuat pengetahuan deklaratif (declarative knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan kondisional
(conditional knowledge) (OLRC News, 2004). Pengetahuan deklaratif yaitu
pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pebelajar serta pengetahuan
tentang strategi, keterampilan dan sumber-sumber belajar yang
dibutuhkannya untuk keperluan belajar. Pengetahuan prosedural yaitu
pengetahuan tentang bagaimana menggunakan segala sesuatu yang telah
diketahui dalam pengetahuan deklaratif dalam aktivitas belajarnya. Pengetahuan
kondisional yaitu pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu prosedur,
keterampilan, atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa
suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan
mengapa suatu prosedur lebih baik daripada prosedur-prosedur yang lain.
Oleh sebab itu pengetahuan metakognitif dianggap sebagai berpikir tingkat
tinggi karena melibatkan fungsi eksekutif yang lebih mengkoordinasikan perilaku
pembelajaran.
Pengalaman
metakognitif melibatkan penggunaan strategi metakognitif. Strategi metakognitif adalah proses
sekuensial untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan
kognitif telah dipenuhi. Melalui strategi metakognitif, siswa dituntut mampu merencanakan, memantau, dan mengevaluasi kognisinya. Karakter strategi metakognitif
berpotensi melatihkan kemandirian belajar. Melalui strategi metakognitif, siswa
mampu merencanakan
:
(1) Tujuan yang dicapai
(2) Waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan
(3) Pengetahuan awal
untuk mencapai tujuan
(4) Strategi kognitif
untuk mencapai tujuan
Siswa juga dituntut
memantau :
(1) Tujuan yang dicapai
(2) Waktu yang digunakan
(3) Kecukupan pengetahuan awal
(4) Pelaksanaan strategi kognitif
Siswa dituntut terampil mengevaluasi :
(1) Ketercapaian tujuan
(2) Penggunaan waktu
(3) Relevansi pengetahuan awal
(4) Efektifitas strategi kognitif yang digunakan
C. Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah perspektif
psikologis dan filosofis yang memandang bahwa setiap individu membentuk atau
membangun sebagan besar dari pengetahuannya (Bruning et al.,2004). Dalam
kontruktivisme manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan
bagi diri sendiri (Geary,1995). Teori konstruktivis melihat bahwa
siswa sebagai orang yang terus menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan
lama dan kemudian merevisi aturan tersebut apabila tidak digunakan. Teori ini
menyarankan bahwa jauh lebih baik siswa bisa aktif dalam pembelajaran.
Penekanan pada siswa sebagai orang yang aktif akan membuat pengajaran tersebut berpusat
pada siswa. Dalam teori ini bermaksud guru hanya sebagai pemandu di kelas dan
siswa sebagai pusat dalam pengajaran.
Akar Sejarah
Konstruktivisme
Revolusi
kontruktivis mempunyai akar yang jauh dalam sejarah pendidikan. Revolusi ini
sangat mengandalkan karya Piaget dan Vygotsky sebagai sumber sebab kedua sumber
tersebut menekan bahwa hakikat sosial pembelajaran, dan menyarankan penggunaan
kelompok belajar dengan kemampuan campuran untuk meningkatkan perubahan konsep.
Pembelajaran
Sosial
Dalam pembelajaran
sosial yang bersumber dari Vygotsky memiliki empat prinsip utama yang telah
memainkan peran penting. Yang pertama adalah penekanan pada hakikat sosial
pembelajaran. Ia berpendapat bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa dan teman sebaya. Vygotsky mencatat bahwa orang yang berhasil
menyelesaikan masalah mengungkapkan diri melalui masalah yang sulit.
Zona
Perkembangan Proksimal
Konsep utama
yang kedua ini adalah siswa paling baik mempelajari konsep yang berada dalam
zona perkembangan proksimal ini. Sebab, siswa bekerja dalam zona perkembangan
proksimalnya ketika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka
kerjakan sendirian, tetapi dapat mengerjakannya dengan bantuan teman sebaya
atau orang dewasa.
Pemagangan
Kognitif
Istilah ini
merujuk ke proses ketika pebelajar secara bertahap memeroleh keahlian melalui
interaksi dengan ahli, baik itu orang dewasa maupun teman sebaya yang lebih
maju. Pengajaran siswa adalah bentuk pemagangannya. Pakar teori konstruktivis menyarankan agar guru
memindahkan model pengajaran dan pembelajaran yang bertahan lama dan sangat
efektif ini ke kegiatan sehari-hari di ruang kelas, dengan melibatkan siswa ke
dalam tugas yang rumit maupun membantu mereka melalui tugas ini dan dengan
melibatkan siswa ke dalam kelompok belajar yang heterogen dan kooperatif di
mana siswa yang lebih maju membantu siswa yang kurang maju menyelesaikan tugas
yang rumit.
Pembelajaran
Termendiasi
Pembelajaran
termendiasi ini berperan penting dalam pemikiran konstruktivis modern. Menurut
Vygotsky saat ini siswa hendaknya diberi tugas yang rumit, sulit, dan realistis
dan kemudian diberi cukup bantuan yang mencapai tugas ini. Prinsip ini
digunakan untuk mendukung penggunaan proyek di ruang kelas, simulasi,
penjajakan dalam komunikasi, penulisan untuk pembaca yang sesungguhnya, dan
tugas otentik lain.
Pandangan Konstruktivisme oleh Piaget:
1.
Skema
Skema adalah suatu
struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Misalnya, guru sedang
mengajarkan siswa kelas 1 SD tentang gambar-gambar hewan. Kemudian, guru
menanyakan gambar hewan kuda kepada salah satu siswa. Siswa tersebut belum
pernah melihat kuda dan menjawab “sapi” karena ia lebih sering melihat sapi. Siswa
tersebut belum bisa membedakan kedua hewan tersebut karena ia memiliki konsep
bahwa kedua hewan tersebut sama. Konsep yang dimiliki siswa tersebut bahwa
hewan tersebut sama-sama memiliki 4 kaki, 2 mata, dan 2 telinga. Apabila siswa
mampu membedakan kedua hewan tersebut, maka ia telah mengembangkan skema
tentang kuda dan sapi.
2.
Asimilasi
Asimilasi adalah proses
kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contohnya adalah ketika siswa masuk ke SMP, siswa sudah dapat memahami
cara penggunaan rumus luas segitiga dan dapat menggunakannya dalam memecahkan
masalah karena saat di SD siswa sudah mendapatkan materi dan sudah
diajarkan rumus-rumus tersebut.
3.
Akomodasi
Seseorang
dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia punya. Contohnya adalah siswa SMP diminta untuk
menghitung luas segitiga siku-siku. Untuk menghitung luas tersebut, siswa harus
menentukan ukuran panjang alas atau tingginya, maka siswa menggunakan konsep
teorema pythagoras terlebih dahulu.
4.
Equilibration
Equilibration,
yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses
asimilasi dan akomodasi.
Contoh : Anak yang mempunyai pengalaman merasakan sakit
karnena terpecik api mempunyai skema bahwa api adalah sesuatu yang berbahaya,
maka harus dihindari. Ketika melihat api, maka ia akan menghindar. Semakin
dewasa, pengalaman anak tentang api semakin bertambah. Ketika sering melihat
ibunya memasak menggunakan api, maka skema tersebut akan disempurnakan, bahwa
api tidak harus dihindari, melainkan dimanfaatkan. Ketika anak melihat banyak
pabrik membutuhkan api, maka skema anak akan lebih sempurna menjadi api sangat
dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Sudut
pandang tentang konstruktivisme :
Eksogenus
|
Penguasaan pengetahuan
merepresentasikan sebuah konstruksi ulang dari dunia luar. Dunia memengaruhi
keyakinan-keyakinan melalui penglaman-pengalaman, pengamatan terhadap
model-model, dan pengajaran. Pengetahuan dipandang akurat jika ia
mencerminkan realitas eksternal.
|
Endogenous
|
Pengetahuan diperoleh dari pengetahuan
yang telah dipelajari sebelumnya, tidak secara langsung dari
interaksi-interaksi lingkungan. Pengetahuan bukanlah cermin dari dunia luar;
pengetahuan itu berkembang melalui abstraksi kognitif.
|
Dialektikal
|
Pengetahuan diperoleh dari
interaksi-interaksi antara orang-orang dan lingkungan-lingkungan mereka.
Kondtruksi-konstruksi atau interpretasi-interpretasi tidak selalu terikat
dengan dunia luar ataupun keseluruhan kegiatan pikiran. Pengetahuan
mencerminkan hasil-hasil dari kontradiksi-kontradiksi mental yang ditimbulkan
dari interaksi-interaksi seseorang dengan lingkungan.
|
Contoh konstruktivisme eksogenus:
siswa yang mempresentasikan tentang cara memproduksi tempe. Konstuktivisme
endogenous lebih menekankan pada koordinasi tindakan-tindakan kognitif (Bruning
et al., 2004). Contoh kontruktivisme endogenus: sekelompok siswa yang membahas
tentang soal-soal IPA tentang bagian-bagian tumbuhan. Contoh konstruktivisme dialektikal : siswa
study tour ke kebun salah, pernah diceritakan ibunya bagaimana cara membedakan
salak yang sudah matang dan belum matang, karena penasaran ia membuktikannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Dalam pemrosesan informasi, terdapat tiga hal yang yang terlibat, yaitu pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali. Pengodean adalah memasukkan informasi ke dalam memori. Penyimpanan adalah penahanan informasi di setiap waktu. Pemanggilan kembali yaitu mengeluarkan informasi dari penyimpanan.
- Metakognisi berarti pengetahuan tentang belajarnya diri sendiri. Karakter strategi metakognitif berpotensi melatihkan kemandirian belajar. Melalui strategi metakognitif, siswa dituntut mampu merencanakan, memantau, dan mengevaluasi kognisinya.
- Kontruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa setiap individu membentuk atau membangun sebagan besar dari pengetahuannya. Teori ini menyarankan bahwa jauh lebih baik siswa bisa aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR REFERENSI
Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.
Schunk, Dale H. (2008). Learning theories : an educational perspective. Ohio : Pearson
Merrill Prentice Hall.
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktek.
Jakarta : PT. Indeks.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=436138&val=9236&title=MODEL%20PEMBELAJARAN%20PEMROSESAN%20INFORMASI